Thursday, November 9, 2017

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PSIKOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia diciptakan dengan dianugerahi akal oleh Tuhan. Dengan pendidikan manusia akan mampu meningkatkan kemampuan akal serta mengembangkan pola pikir dan tingkah lakunya.
Pendidikan juga selalu melibatkan kondisi kejiwaan manusia, karena terkadang selalu ada masalah yang muncul dalam proses belajar dan mengajar. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang selalu menitikberatkan pada penguasaan materi yang akan disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik. Akibatnya, tidak semua peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengajar, hal itu dikarenakan sifat peserta didik dan kemampuannya beraneka ragam.
Proses pembelajaran seperti yang dijelaskan diatas memang tidak akan mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal, untuk itu diperlukan proses perubahan dalam pembelajaran tersebut.
 Psikologi pendidikan hadir untuk menjawab masalah tersebut, menurut psikologi pendidikan disamping penguasaan materi pengajar juga harus mampu menguasai aspek-aspek lain dalam diri peserta didik agar proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Salah satu aspek yang terdapat dalam psikologi pendidikan adalah metode psikologi pendidikan, metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian metode psikologi pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran yang didasari atas pertimbangan, esensi, hakikat, prinsip-prinsip tentang prilaku siswa serta kemampuan siswa dalam situasi pendidikan dan pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis akan menyusun makalah dengan judul metode-metode dalam psikologi ,


 

1.2.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut.
1)   Apa yang dimaksud dengan metode psikologi pendidikan?
2)   Apa saja jenis-jenis metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan?

1.3.  Tujuan penulisan
1)   Menjelaskan pengertian metode psikologi pendidikan
2)   Menjelaskan metode-metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian metode psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan esensinya merupakan aplikasi teori dan metode psikologi ke dalam dunia pendidikan atau pembelajaran. Metode-metode psikologi pendidikan dalam banyak hal aplikatif dibidang layanan pendidikan dengan pendekatan psikologis. Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, metode psikologi pendidikan adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Aplikasi metode ini didasari atas pertimbangan, esensi, hakikat, dan prinsip-prinsip tentang prilaku siswa dalam situasi pendidikan dan pembelajaran.
 Metode psikologi pendidikan ini sering digunakan oleh guru bimbingan konseling atau guru pada umumnya untuk memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan dan pembelajaran siswa. Aplikasi metode ini diperuntukan bagi keperluan pemahaman kondisi awal, pengumpulan data, analisis data, refleksi, perumusan simpulan, dan rekomendasi untuk solusi.
2.2.  Jenis-jenis metode psikologi pendidikan
A.  Metode Filosofis
Metode yang bersifat filosofis ini dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1)   Metode intuitif
Metode ini dapat dilakukan dengan jalan sengaja melakukan penyelidikan atau dengan tidak sengaja seperti halnya dalam pengeluaran sehari-hari. Dalam keadaan yang terakhir ini, kita mengadakan evaluasi terhadap sesama kita, atau kita benar-benar ingin mengetahui keeadaannya dengan melalui kesan kita terhadap orang-orang yang sedang kita selidiki tersebut. Dalam hal ini dalam kesan pertamalah yang paling berperan dalam pengambilan kesimpulan.
Dilihat dari segi cara yang ditempuh, maka metode intuitif ini kurang memenuhi syarat. Karena itu ia perlu dikombinasikan dengan metode-metode yang lain guna memperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya kebenarannya.

2)   Metode kontemplatif
Metode ini dilaksanakan dengan cara merenung-renungkan (kontemplatif) terhadap obyek yang diselidiki dengan mempergunakan kemampuan berpikir yang optimal.
Alat utamanya adalah pikiran yang benar-benar dalam keadaan obyektif. Yaitu saat pikiran kita dalam situasi dan kondisi yang murni, tidak tercampur oleh pengaruh-pengaruh lain yang bersifat lahiriah dan biologis. Pikiran yang dalam keadaan obyektif ini diperlukan agar dapat mencapai hakikat obyek yang dituju.
Dewasa ini metode kontemplatif, dan juga metode intuitif, tidak sepopuler metode empiris, disebabkan hasil metode itu dianggap terlalu spekulatif. Meskipun demikian, metode ini masih tetap diperlukan dalam psikologi.

3)   Metode yang bersifat filosofis religius
Metode ini dilakukan dengan mempergunakan materi-materi aga,a sebagai alat untukmenyelidiki pribadi manusia. Sebab, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama itu merupakan kebenaran yang mutlak. Dengan kata lain, dalam menyelidiki jiwa manusia itu pihak penyelidik mempergunakan materi agama yang terdapat dalam kitab suci sebagai norma standar dalam penilaian.
Metode ini juga tidak banyak digunakan dalam penyelidikan psikologi, meskipun sesungguhnya dapat digunakan terutama dalam menyelidiki pribadi manusia.
B.  Metode Empiris
          Agus Sujanto (1981:10) membedakan metode yang bersifat empiris menjadi tempat bagian, yaitu (1) metode observasi, (2) metode pengumpulan bahan, (3) metode eksperimen, dan (4) metode klinis.

1)   Metode observasi
Observasi berasal dari kata to observasi, yang berati meneliti atau mengamati. Kemudian sebagau metode ilmiah, Sutrisno Hadi (1981:136) mengartikan observasi sebagai pengamat dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki dengan sistematis.
Dengan menggunakan metode itu, penelitimengadakan penghindaran terhadap obyek yang diselidiki dengan sengaja sambil melakukan pencatatan-pencatatan terhadap gejala-gejala jiwa yang dibutuhkan dalam penyelidikan itu. Sementara untuk memperoleh data-data tentang gejala-gejala jiwa tersebut, peneliti dapat melakukan intropeksi, eksperimen dan ekstropeksi.
a.    Introspeksi
Secara etimologi, introspeksi ialah melihat ke dalam (intro berati ke dalam, dan speeksi  berasal dari kata spekrate yang artinya melihat). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan metode introspeksi ialah suatu cara menyelidiki keadaan atau peristiwa jiwa yang sedang terjadi dalam dirinya sendiri.
Mengadakan penyelidikan terhadap  jiwa sendiri merupakan sumber yang penting, karena kwsadaran terhadap jiwa kita sendirilah yang dapatdiketahui secara langsung.
Sudah tentu penyelidikan terhadap jiwa diri sendiri ini termasuk suatu hal yang amat sulit dilakukan. Karena, jiwa yang sedang aktif harus menghentikan keaktifannya yang lain.
Di samping itu, metode ini sukar mencapai  segi obyektivitas, karena orang sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, terutama dalam hal-hal yang mengandung cela. Padahal segi obyektivitas dituntut oleh setiap ilmu pengetahuan.
Meskipun demikian, metode introspeksi ini adalah metode yang khas, yang hanya terdapat pada  makhluk manusia. Manusialah yang satu-satunya mampu mengadakan intospeksi. Umar bin Khattab (wafat tahun 24 H) pernah mengatakan “introspeksilah dirimu sendiri sebelum diintrospeksi oleh orang lain” (H.M.Arifin,1977:76). Oleh karena manusia mampu mengadakan introspeksi tersebut, maka introspeksi ini merupakan metode yang khas, yang hanya terdapat dalam psikologi.
Menurut Wilhem Wundut, istilah introspeksi itu kurang tepat, yang lebih tepat ialah retrospeksi (retro: kembali, dan spektare:melihat), jadi penyelidikan melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam diri sendi (Bimo Walgito, 1983:23).
Dengan kata lain, penyelidik mengadakan penelitan kembali terhadap peristiwa-peristiwa lampau yang telah dialaminya. Misalnya adalah orang marah. Orang yang sedang marah tidaklah mungkin pada saat yang bersamaan harus meneliti sebab-sebabnya marah. Tetapi peristiwa jiwa ini dapat diteliti setelah selesai prosesnya marah tersebut.
Wiliam Stern, seseorang psikolog Jerman, mengemukakan beberapa kelemahan dari metode introspeksi ini, yang pada pokoknya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.    Seseorang sering tidak jujur dalam mengungkapkan hal-hal yang pertama dialaminya, terutama dalam hal-hal yang bersifat negatif pada dirinya, dan kalau diungkapkan ia akan menanggung perasaan malu.
b.    Seseorang seringkali kekurangan perbendaharaan kata dalam melukiskan peristiwa-peristiwa jiwa yang sudah dan sedang dialaminya.
c.    Kerap kali sugesti dari diri sendiri maupun dari orang lain menyebabkan hasil yang tidak obyektif. Prasangka,harapan, keinginan dan sebagainya memberi pengaruh langsung yang tidak kecil.
d.    Tidak semua penghayatan jiwa itu dapat disadari, karena gejala-gejala kejiwaan di bawah kesadaran tidak dapat dilahirkan. Bahkan mungkin juga hal-hal yang tidak disadari itu adalah termasuk hal-hal yang penting.
e.    Metode ini tidak dapat digunakan oleh anak-anak dan orang-orang yang abnormal.
Di samping adanya kelemahan-kelemahan seperti tersebut di atas, terdapat juga kebaikan-kebaikan dari metode introspeksi, yang dalam garis besarnya dapat dikemukakan sebagai beikut :
a.    Metode ini merupakan metode yang khas, hanya terdapat pada manusia. Artinya manusialah yang dapat melihat apa yang sedang dialami dalam dirinya.
b.    Kadang-kadang ada beberapa hal yang terdapat pada diri seseorang yang tidak dapat diselidiki dengan menggunakan metode lain.
c.    Dengan menggunakan metode ini seseorang dapat secara langsung menyelidiki peristiwa-peristiwa yang dialaminya, di mana orang lain tidak dapat menyeidikinya.
Meskipun metode introspeksi memiliki kelemahan, ia juga memiliki sisi kebaikan. Karena itu hingga sekarang metode ini masih dipertahankan dalam penyelidikan psikologi. Untuk mengatasi kesubyektifan dalam metode ini yaitu dengan cara menggabungkan metode introspeksi dengan metode eksperimen, yang kemudian disebutdengan metode introspeksi eksperimen.
Metode introspeksi eksperimen ialan metode intropeksi yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen (percobaan) secara disengaja dan dalam suasana yang dibuat (Agus Sujanto, 1982:11)
Metode ini merupakan penggabungan antara metode introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan eksperimen ini, diharapkan sifat subyektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode introspeksi murni, hanya diri penyelidikan yang menjadi obyek. Sementara pada metode introspeksi eksperimen hasilnya akan lebih obyektif dan validitas datanya juga dapat lebih dipercaya. Metode ini dipelopori oleh Oswald Kulpe, seorang psikolog Jerman yang masih murid Wilhelm Wundt.
Dengan demikian, dapat dibedakan antara introspeksi dengan introspeksi eksperimen. Pada introspeksi murni, karena penyelidik sendiri yang menjadi obyek dan menjadi ukuran segala-galanya, maka kesimpulan yang diambil pun hanya berdasarkan atas dirinnya sendiri. Sedangkan pada intospeksi eksperimen, kesimpulan diambil dari sejumlah individu, sehingga kesimpulan tersebut dapat mengurangi sifat subyektivitas. Misalnya, sejumlah individu dalam satu kelas dicoba untuk memecahkan satu masalah. Kemudian masing-masing individu disuruh mengadakan intorspeksi tentang apa yang terjadi pada dirinya sendiri sewaktu mereka memecahkan masalah tersebut. Dari hasil introspeksi masing-masing individu itulah kesimpulan didapatkan.
b.   Ekstrospeksi
Dari segi asal katanya, ekstrospeksi berati melihat ke luar (ekstro:Keluar, Speksi dari Spektare: melihat). Dan sebagai metode, ekstrospeksi berati mempelajari dengan jengaja dan teratur gejala-gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesmpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari mimik dan pantomimik orang lain (F.Patty,  1982:42).
Penggunaan metode ini juga dimaksudkan untuk mengatasi subyektivitas yang terdapat dalam metode introspeksi. Pada ekstrospeksi, subyek penyelidikan bukan dirinya sendiri melainkan orang lain. Namun demikian, sebenarnya ekstrospeksi ini tak bisa lepas dari introspeksi, sebab mustahil seseorang akan dapat menyatakan, mengetahui, ataupun menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi pada diri orang lain kalau dirinya sendiri tidak pernah mmengalaminya. Orang dapat mengatakan bahwa seseorang dalam keadaan susah, gelisah, gembira, tergesah-gesah, melamun, dan sebagainya jika dia sendiri pernah mengalami hal-hal yang dialami orang itu.
Akan tetapi, suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kesimpulan analogis dari hasil ekstrospeksi ini adalah bahwa gejala-gejala kejiwaan yang sama sebelum tentu diakibatkan oleh sebab yang sama. Dua orang yang mengeluarkan air mata, misalnya, belum tentu disebabkan oleh hal yang sama: yang satu susah dan yang satu gembira meluap-luap.
Lain dari itu, satu sebab yang sama belum tentu berakibat sama. Misalnya, ada seseorang menangis karena dicubit, sementara orang lain dicubit malah tertawa. Inilah dua akibat yang berlainan disebabkan oleh satu sebab, yang bila observasi gagabah dalam mengambil kesimpulan bisa menjadi salah. Seorang observer harus mempelajari latar belakang fenomena itu. Untuk itu, setiap observer dituntut hati-hati dalam mengambil kesimpulan, karena penggunaan metode ekstrospeksi ini adalah untuk melengkapi metode introspeksi.
Selain kelebihan, metode ekstrospeksi ini juga memiliki kelemahan. Namun kelemahan-kelemahan metode ini dapat diatasi dengan penggunaan metode-metode lain, sehingga kelemahannya dapat diimbangi oleh keuntungan atau kelebihan metode yang lain. Di antara kelebihan metode ini adalah sebagai berikut :
1)   Lebih memenuhi syarat ilmiah, karena metode ini lebih bersifat obyektif.
2)   Dapat digunakan dalam menyelidiki anak-anak dan orang-orang yang menyimpang keadaan jiwanya (abnormal).
Adapun kelemahan-kelemahan metode ekstrospeksi ini adalah :
1)   Metode ini hanya dapat menyelidiki gejala-gejala jiwa yang tampak saja, padahal tiap-tiap orang dalam mengeluarkan buah pikiran dan perasaannya tidak sama, terutama pada orang dewasa, yang dapat mengekspresikan sikap-sikap yang tidak wajar atau yang bertentangan dengan keadaan/situasi jiwanya.
2)   Jika orang yang diselidiki tahu, terkadang ia memberikan kesan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga apa yang disimpulakan diri dari hasil ekstrospeksi itu akan berbeda dengan apa yang semestinya.

2)   Metode pengumpulan bahan
Sebagai metode ilmiah, metode ini dilakukan dengan mengolah data-data atau bahan-bahan yang diperoleh dari kumpulan daftar pertanyaan, bahan-bahan riwayat hidup dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang sedang diselidiki.
Bahan-bahan yang telah diperoleh itu kemudian diklasifikasikan untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Untuk mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan angket, autobiografi dan pengumpulan benda-benda hasil kerja.

a.    Metode angket
Metode angket ialah cara penyelidikan kejiwaan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan baik lisan maupun tertulis, dan dari jawaban itu dapat ditarik kesimpulan tentang  kesan kejiwaannya.
Ditinjau dari sudut pelaksanaannya, angket dapat dibagi menjadi dua macam :
1)   Angket langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab langsung oleh orang yang diselidiki.
2)   Angket tak langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab oleh orang lain.
Kemudian, bila ditinjau dari segi jenisnya, metode angkaet ini terdiri dari dua jenis :
1)   Angket yang dilaksanakan secara lisan ( sistem wawancara), yaitu disebut interview.
2)   Angket yang dilakuakan secara tertulis, yang disebut questionnaire.
Dan bila ditinjau dari segi luasnya obyek penyelidikan, maka angket tersebut dapat diperinci lagi menjadi dua bagian:
1)   Angket umum, yaitu angket yang obyek penyelidikannya mengenai masalah-masalah yang umum saja, misalnya pertanyaan tentang nama orangtuanya, penghasilan sebulan, pendidikan terakhir dan sebagainya.
2)   Angket khusus, yaitu jika yang diselidiki terbatas pada masalah-masalah yang khusus saja, misalnya masalah agama, apakah  sebabnya menganut sebuah agama, mengapa tidak menjadi bagian orang komunis saja dan sebagainya.
Metode angket ini dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Namun demikian, metode inijuga tak luput dari kelemahan. Kelemahan-kelemahan metode angket ini adalah :
1)   Kadang-kadang orang yang diselidiki itu tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan itu , dan kalaupun mau sering kali jawabnya tidak jujur.
2)   Kadang-kadang pertanyaan yang dibuat terlalu sukar bagi yang menjawab.
3)   Kadang-kadang sejumlah angket yang disebarkan itu kebmbalinya dalam jumlah yang tidak sesuai dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan.
Terkait dengan kelemahan-kelemahan diatas, maka untuk mengurangi kelemahan itu, sebaiknya angket disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1)   Penetapan pokok masalah, supaya jawaban yang diperoleh tepat.
2)   Pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara baik, jelas, tegas dan terbatas serta mudah dimengerti.
3)   Sebarkan angket seluas-luasnya sehingga diperoleh jawaban yang banyak.
4)   Berilah kesempatan untuk memberi jawaban yang sejelas-jelasnya, jangan diharuskan secara singkat sehingga tidak jelas (Zuhairini, 1980: 33)
b.   Autobiografi (riwayat hidup)
Metode ini dipergunakan oleh peneliti dengan jalan mempelajari riwayat hidup seseorang yang sedang diteliti, baik yang ditulis sendiri (autobiografi) maupun yang ditulis orang lain (biografi).
Apabila pertanyaan (baca: keterangan-keterangan) mengenai seseorang berupa keadaan, sikap, atau sifat-sifat lain telah banyak terkumpul, dan kadangkala tidak sama antara keterangan yang satu dengan yang lain, maka peneliti dapat menambah sumber keterangan yang lebih diyakini kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan tentang keadaan seseorang sebagai person.
Metode ini, di samping mempunyai keuntungan, juga mempunyai kelemahan. Yaitu bila orang yang membuat biografi itu sepaham atau sehaluan, maka dalam membuat biografi akan dipengaruhi oleh sudut pandangnya, lebih-lebih lagi dalam pembuatan autobiografi.
Untuk mengatasinya, dan guna memperoleh gambaran yang lebih baik, maka dapat ditempuh dengan jalan menyelidiki biografi dari bermacam-macam penulis. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan dapat dipercaya, karena data-data di dapat dari sumber yang banyak.
c.    Pengumpulan hasil kerja
Metode  ini merupakan metode penyelidikan dengan jalan mengumpulkan gambar-gambar, karangan-karangan, pekerjaan tangan, permainan-permainan, termasuk buku harian seseorang dan sebagainya.
Dengan mengumpulkan benda-benda hasil kerja ini, dan mengadakan analisis terhadapnya, maka akan dapat diketahui perkembangan alam pikiran, perasaan, dan fantasi seseorang sekaligus dari keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Lebih-lebih bagi anak kecil, gambaran-gambarannya sering dijadikan indikasi yang jelas bagi penyelidik.
3)   Metode eksperimen
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan jalan mengadakan percobaan-percobaan untuk mengetahui kejiwaan seseorang. Karena renungan-renungan mengenai jiwa disangsikan kebenarannya, maka untuk menguji kebenarannya itu dilakukan percobaan-percobaan. Metode ini biasanya dilakukan di dalam labolatorium dengan mengadakan berbagai eksperimen.
Dalam metode ini yang perlu diperhatikan adalah hendaknya orang-orang mengadakan eksperimen harus dapat menguasai situasi. Artinya, pihak eksperimenter itu harus dapat menimbulkan atau menghilangkan beberapa situasi sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian, eksperimenter akan dapat mengamati reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang sedang diperiksa. Dengan kata lain, situasi eksperimen adalah memeang sengaja dibuat.
Ahli psikologi yang memelopori metode ini ialah Wilhelm Wundt. Wilhelm Wundt mendirikan labolatorium yang lengkap dengan alat-alatnya pada tahun 1879 di Universitas Leipzig, Jerman.  Namun, meskipun alat-alat yang dipergunakan lengkap, Wilhelm Wundt masih mendapatkan kesulitan, karena banyak proses kejiwaan yang tidak dapat diamati dengan indra seperti perasaan, kemauan, jalan pikiran seseorang dan sebagainya.
Wilhelm Wundt, sebagaimana dikutip oleh Dakir (1973:27), mengemukakan empat syarat yang harus dipenuhi dalam mengadakan eksperimen, yaitu:
a.    Pemeriksa harus dapat menetapkan sendiri saat timbulnya keadaan atau kejadian yang hendak dipelajarinya;
b.    Pemeriksa harus mengikuti jalannya itu seteliti-telitinya dengan memusatkan seluruh perhatian kepada prosesnya;
c.    Tiap-tiap pemeriksa harus dapat diulangi secukupnya, yaitu dalam keadaan yang sama; dan,
d.    Pemeriksa harus menguasai syarat-syarat tersebut diatas.
Adapun kelemahan-kelemahan metode eksperimen sebagai  metode dalam psikologi (Dakir 1973: 27) ini adalah sebagai berikut:
a.    Eksperimen biasanya dilaksanakan pada benda mati yang mempunyai hukum-hukum yang tetap, sedangkan jiwa adalah sesuatu yang hidup.
b.    Tidak semua geljala kejiwaan dapat diselidiki secara eksperimen.
c.    Dalam labolatorium situasinya tidak wajar.
d.    Gejala-gejala kejiwaan sukar diukur secara eksak.
Sementara menurut Hj. Zuhairini (1980:36), kelebihan-kelebihan metode eksperimen ini sebagai berikut :
a.    Dengan eksperimen ada hal-hal yang dapat diselidiki dengan teliti dan berulang-ulang.
b.    Tanpa menunggu timbulnya suatu peristiwa, orang dapat dengan cepat secara terartur mengetahui sesuatu peristiwa yang sengaja ditimbulkan.
Sehubungan dengan adanya beberapa kelemahan tersebut, maka aliran psikologi modern.
Selain itu, yang termasuk dalam metode eksperimen tersebut adalah metode test. Yang disebut metode test adalah penyelidikan yang dilakukan dengan jalan mengajukan pertanyaan atau suruhan yang telah dipilih dengan seksama dan bahkan telah di standardisasikan.
Karena itu, untuk bermacam-macam keaktifan jiwa telah dibuatkan alat-alat tertentu yang telah memiliki standarnya, sehingga dapat diadakan perbandingan anatara test yang satu dengan test yang lain. Seperti kecerdasan dapat diukur dengan test intelegensi (IQ) dan fantasi dapat diukur dengan test kemungkinan dan sebagainya.
Terkait dengan itu, setelah ditemukannya alat pengukur itu, seseorang dapat mengetahui kemampuan daya jiwa seseorang. Bahkan, beberapa lembaga pendidikan telah menggunakan test kejiwaan (psikotest) dalam seleksi penerimaan siswa disekolah-sekolah.
Test semacam itu terdiri dari bermacam-macam bentuk sesuai dengan adanya bermacam-macam daya jiwa yang harus diukur. Misalnya, ada test yang menyelidiki perhatian, intelegensi, bakat, minat, fantasi, skill, dan sebagainya.
Diindonesia, test yang sering digunakan adalah scholastic achievement test, yaitu test yang biasanya digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang dibuat oleh guru sendiri. Test buatan guru itu ada yang berbentuk test subyektif, obyektif, dan ada pula yang menggabungkan kedua bentuk tersebut.
Diantara karakteristik test subyektif adalah pertanyaan selalu dimulai dengan kata-kata jelaskan, mengapa, uraikan, terangkan, apa sebabnya, dan sebagaianya. Bentuk-bentuk pertanyaan demikian akan memberikan kemungkinan kepada penjawab untukbercerita dan menjawab menurut sudut pandang dan analisis yang berlainan, karena itu ia disebut test subyektif.
Sementara pada test obyektif, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan isi singkat, bahkan ada yang hanya mencari jawaban betul-salah (true-false test), pilihan ganda (multiple choise test), melengkapi (completion test), dan menjodohkan (matcing test).
Berkenaan dengan bentuk-bentuk test terebut diatas, maka hendaknya diusahakan validitas dan reabilitasnya. Suatu test dikatakan valid apabila test itu hanya mengukur apa yang mesti diukur. Misalnya, test untuk mata pelajaran sejarah harus benar-benar hanya mengukur kepandaian anak dalam pelajaran sejarah, bukan memperhitungkan kepandaiannya dalam karang-mengarang, membaca, dan sebagainya.
Dan sebuah test dikatakan reliable apabila test itu mempunyai ketepatan dan konsisten (dapat dipercaya kebenarannya). Misalnya jika suatu test dicobakan kepada sekelompok kelas yang sama, dan dilain waktu hasilnya juga sama atau hampir sama, maka test tersebut dapat disebut memiliki reabilitas tinggi.
Baik test subyektif maupunn test obyektif mempunyai segi kelemahan dan kebaikan masing-masing. Untuk menutupi kelemahan masing-masing, keduanya sering dipadukan dan digunakan dalam bentuk gabungan.
4)   Metode studi kasus
Studi kasus merupakan kajian atau penelitian mendalam tentang subjek. Studi kasus juga bermakna analisis mendalam tentang seseorang, kelompok, atau fenomena. Berbagai teknik yang digunakan dalam kerangka studi kasus antara lain adalah wawancara pribadi, tes psikometri, pengamatan langsung, dan catatan arsip. Studi kasus yang paling sering digunakan dalam psikologi klinis penelitian yang menggambarkan peristiwa langaka dan kondisi mengenai subyek. Studi kasus semacam ini khusus digunakan dalam psikologi.

5)   Metode klinis
Metode yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang yang menyimpang keadaan jiwanya (abnormal) ini disebut metode klinis karena mula-mulanya timbulnya dilapangan klinis, dan metode ini kebanyakan digunakan oleh para psikiater. Selain itu metode klinis juga di gunakan untuk mengumpulkan informasi rinci tentang masalah perilaku kasus tidak dapat menyesuaikan diri atau menyimpang, untuk selanjutnya mereka disarankan untuk melakukan rehabilitasi di lingkungan mereka.
6)   Metode diferensial
Metode ini digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat diantara anak didik, dengan menggunakan beberapa teknik diantaranya menggunakan teknik pengukuran dan dan statistik untuk menganalisis data.























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
          Metode psikologi pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meneliti suatu masalah dengan melakukan penelitian sehingga masalah dapat diselesaikan dengan cara yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pendidikan. Guru atau pengajar harus mengetahui psikologi pendidikan dan menggunakan metode- metode penelitian dalam menyelesaikan masalah belajar anak didiknya. Apabila seorang guru hanya mengandalkan kepandaiannya saja dalam mengajar maka masalah dalam belajar peserta didik tidak akan terpecahkan dan malah menambah masalah yang lain. Jadi setiap guru harus memiliki banyak kepandaian baik dari segi kecerdasan otak, kepribadian, cara mengajar, dan kreatifitas dalam mengajar.
Dalam psikologi pendidikan metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Perlu dijelaskan disini bahwa setiap situasi dalam psikologi pendidikan membutuhkan pendekatan dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan hakikat dari pada situasi itu. Situasi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Maka dari itu para ahli psikologi pendidikan dalam menjalankan tugasnya tidak selalu mempergunakan satu macam metode, tetapi mempergunakan dua macam metode atau lebih.

Read More