BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi
setiap manusia, karena manusia diciptakan dengan dianugerahi akal oleh Tuhan.
Dengan pendidikan manusia akan mampu meningkatkan kemampuan akal serta
mengembangkan pola pikir dan tingkah lakunya.
Pendidikan
juga selalu melibatkan kondisi kejiwaan manusia, karena terkadang selalu ada
masalah yang muncul dalam proses belajar dan mengajar. Salah satunya adalah
proses pembelajaran yang selalu menitikberatkan pada penguasaan materi yang
akan disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik. Akibatnya, tidak semua
peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengajar, hal itu
dikarenakan sifat peserta didik dan kemampuannya beraneka ragam.
Proses
pembelajaran seperti yang dijelaskan diatas memang tidak akan mampu
mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal, untuk itu diperlukan
proses perubahan dalam pembelajaran tersebut.
Psikologi pendidikan hadir untuk menjawab
masalah tersebut, menurut psikologi pendidikan disamping penguasaan materi
pengajar juga harus mampu menguasai aspek-aspek lain dalam diri peserta didik
agar proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Salah
satu aspek yang terdapat dalam psikologi pendidikan adalah metode psikologi
pendidikan, metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian metode psikologi pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran yang didasari atas pertimbangan,
esensi, hakikat, prinsip-prinsip tentang prilaku siswa serta kemampuan siswa
dalam situasi pendidikan dan pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan
pemaparan diatas, penulis akan menyusun makalah dengan judul metode-metode
dalam psikologi ,
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apa
yang dimaksud dengan metode psikologi pendidikan?
2) Apa
saja jenis-jenis metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan?
1.3.
Tujuan
penulisan
1) Menjelaskan
pengertian metode psikologi pendidikan
2) Menjelaskan
metode-metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
metode psikologi pendidikan
Psikologi
pendidikan esensinya merupakan aplikasi teori dan metode psikologi ke dalam
dunia pendidikan atau pembelajaran. Metode-metode psikologi pendidikan dalam
banyak hal aplikatif dibidang layanan pendidikan dengan pendekatan psikologis. Metode
merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
metode psikologi pendidikan adalah cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Aplikasi metode ini didasari atas
pertimbangan, esensi, hakikat, dan prinsip-prinsip tentang prilaku siswa dalam
situasi pendidikan dan pembelajaran.
Metode psikologi pendidikan ini sering
digunakan oleh guru bimbingan konseling atau guru pada umumnya untuk memahami
dan memecahkan problem-problem pendidikan dan pembelajaran siswa. Aplikasi
metode ini diperuntukan bagi keperluan pemahaman kondisi awal, pengumpulan
data, analisis data, refleksi, perumusan simpulan, dan rekomendasi untuk
solusi.
2.2.
Jenis-jenis
metode psikologi pendidikan
A.
Metode
Filosofis
Metode
yang bersifat filosofis ini dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1)
Metode
intuitif
Metode
ini dapat dilakukan dengan jalan sengaja melakukan penyelidikan atau dengan
tidak sengaja seperti halnya dalam pengeluaran sehari-hari. Dalam keadaan yang
terakhir ini, kita mengadakan evaluasi terhadap sesama kita, atau kita
benar-benar ingin mengetahui keeadaannya dengan melalui kesan kita terhadap
orang-orang yang sedang kita selidiki tersebut. Dalam hal ini dalam kesan
pertamalah yang paling berperan dalam pengambilan kesimpulan.
Dilihat
dari segi cara yang ditempuh, maka metode intuitif ini kurang memenuhi syarat.
Karena itu ia perlu dikombinasikan dengan metode-metode yang lain guna
memperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya
kebenarannya.
2)
Metode
kontemplatif
Metode
ini dilaksanakan dengan cara merenung-renungkan (kontemplatif) terhadap obyek
yang diselidiki dengan mempergunakan kemampuan berpikir yang optimal.
Alat
utamanya adalah pikiran yang benar-benar dalam keadaan obyektif. Yaitu saat
pikiran kita dalam situasi dan kondisi yang murni, tidak tercampur oleh
pengaruh-pengaruh lain yang bersifat lahiriah dan biologis. Pikiran yang dalam
keadaan obyektif ini diperlukan agar dapat mencapai hakikat obyek yang dituju.
Dewasa
ini metode kontemplatif, dan juga metode intuitif, tidak sepopuler metode
empiris, disebabkan hasil metode itu dianggap terlalu spekulatif. Meskipun
demikian, metode ini masih tetap diperlukan dalam psikologi.
3)
Metode
yang bersifat filosofis religius
Metode ini dilakukan dengan
mempergunakan materi-materi aga,a sebagai alat untukmenyelidiki pribadi
manusia. Sebab, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama itu merupakan
kebenaran yang mutlak. Dengan kata lain, dalam menyelidiki jiwa manusia itu
pihak penyelidik mempergunakan materi agama yang terdapat dalam kitab suci
sebagai norma standar dalam penilaian.
Metode ini juga tidak banyak
digunakan dalam penyelidikan psikologi, meskipun sesungguhnya dapat digunakan
terutama dalam menyelidiki pribadi manusia.
B.
Metode
Empiris
Agus
Sujanto (1981:10) membedakan metode yang bersifat empiris menjadi tempat
bagian, yaitu (1) metode observasi, (2) metode pengumpulan bahan, (3) metode
eksperimen, dan (4) metode klinis.
1)
Metode
observasi
Observasi berasal dari kata to
observasi, yang berati meneliti atau mengamati. Kemudian sebagau metode ilmiah,
Sutrisno Hadi (1981:136) mengartikan observasi sebagai pengamat dan pencatatan
fenomena-fenomena yang diselidiki dengan sistematis.
Dengan menggunakan metode itu,
penelitimengadakan penghindaran terhadap obyek yang diselidiki dengan sengaja
sambil melakukan pencatatan-pencatatan terhadap gejala-gejala jiwa yang
dibutuhkan dalam penyelidikan itu. Sementara untuk memperoleh data-data tentang
gejala-gejala jiwa tersebut, peneliti dapat melakukan intropeksi, eksperimen
dan ekstropeksi.
a.
Introspeksi
Secara
etimologi, introspeksi ialah melihat ke dalam (intro berati ke dalam, dan
speeksi berasal dari kata spekrate yang
artinya melihat). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan metode introspeksi ialah
suatu cara menyelidiki keadaan atau peristiwa jiwa yang sedang terjadi dalam
dirinya sendiri.
Mengadakan
penyelidikan terhadap jiwa sendiri
merupakan sumber yang penting, karena kwsadaran terhadap jiwa kita sendirilah
yang dapatdiketahui secara langsung.
Sudah
tentu penyelidikan terhadap jiwa diri sendiri ini termasuk suatu hal yang amat
sulit dilakukan. Karena, jiwa yang sedang aktif harus menghentikan keaktifannya
yang lain.
Di
samping itu, metode ini sukar mencapai
segi obyektivitas, karena orang sering tidak jujur dalam mengadakan
penilaian terhadap dirinya sendiri, terutama dalam hal-hal yang mengandung
cela. Padahal segi obyektivitas dituntut oleh setiap ilmu pengetahuan.
Meskipun
demikian, metode introspeksi ini adalah metode yang khas, yang hanya terdapat
pada makhluk manusia. Manusialah yang
satu-satunya mampu mengadakan intospeksi. Umar bin Khattab (wafat tahun 24 H)
pernah mengatakan “introspeksilah dirimu sendiri sebelum diintrospeksi oleh
orang lain” (H.M.Arifin,1977:76). Oleh karena manusia mampu mengadakan
introspeksi tersebut, maka introspeksi ini merupakan metode yang khas, yang hanya
terdapat dalam psikologi.
Menurut
Wilhem Wundut, istilah introspeksi itu kurang tepat, yang lebih tepat ialah
retrospeksi (retro: kembali, dan spektare:melihat), jadi penyelidikan melihat
kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam diri sendi (Bimo
Walgito, 1983:23).
Dengan
kata lain, penyelidik mengadakan penelitan kembali terhadap peristiwa-peristiwa
lampau yang telah dialaminya. Misalnya adalah orang marah. Orang yang sedang
marah tidaklah mungkin pada saat yang bersamaan harus meneliti sebab-sebabnya
marah. Tetapi peristiwa jiwa ini dapat diteliti setelah selesai prosesnya marah
tersebut.
Wiliam
Stern, seseorang psikolog Jerman, mengemukakan beberapa kelemahan dari metode
introspeksi ini, yang pada pokoknya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Seseorang
sering tidak jujur dalam mengungkapkan hal-hal yang pertama dialaminya,
terutama dalam hal-hal yang bersifat negatif pada dirinya, dan kalau
diungkapkan ia akan menanggung perasaan malu.
b. Seseorang
seringkali kekurangan perbendaharaan kata dalam melukiskan peristiwa-peristiwa
jiwa yang sudah dan sedang dialaminya.
c. Kerap
kali sugesti dari diri sendiri maupun dari orang lain menyebabkan hasil yang
tidak obyektif. Prasangka,harapan, keinginan dan sebagainya memberi pengaruh
langsung yang tidak kecil.
d. Tidak
semua penghayatan jiwa itu dapat disadari, karena gejala-gejala kejiwaan di
bawah kesadaran tidak dapat dilahirkan. Bahkan mungkin juga hal-hal yang tidak
disadari itu adalah termasuk hal-hal yang penting.
e. Metode
ini tidak dapat digunakan oleh anak-anak dan orang-orang yang abnormal.
Di samping adanya kelemahan-kelemahan
seperti tersebut di atas, terdapat juga kebaikan-kebaikan dari metode
introspeksi, yang dalam garis besarnya dapat dikemukakan sebagai beikut :
a. Metode
ini merupakan metode yang khas, hanya terdapat pada manusia. Artinya manusialah
yang dapat melihat apa yang sedang dialami dalam dirinya.
b. Kadang-kadang
ada beberapa hal yang terdapat pada diri seseorang yang tidak dapat diselidiki
dengan menggunakan metode lain.
c. Dengan
menggunakan metode ini seseorang dapat secara langsung menyelidiki
peristiwa-peristiwa yang dialaminya, di mana orang lain tidak dapat
menyeidikinya.
Meskipun metode introspeksi memiliki
kelemahan, ia juga memiliki sisi kebaikan. Karena itu hingga sekarang metode
ini masih dipertahankan dalam penyelidikan psikologi. Untuk mengatasi
kesubyektifan dalam metode ini yaitu dengan cara menggabungkan metode
introspeksi dengan metode eksperimen, yang kemudian disebutdengan metode
introspeksi eksperimen.
Metode introspeksi eksperimen ialan
metode intropeksi yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen
(percobaan) secara disengaja dan dalam suasana yang dibuat (Agus Sujanto,
1982:11)
Metode ini merupakan penggabungan
antara metode introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan eksperimen ini,
diharapkan sifat subyektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada
metode introspeksi murni, hanya diri penyelidikan yang menjadi obyek. Sementara
pada metode introspeksi eksperimen hasilnya akan lebih obyektif dan validitas
datanya juga dapat lebih dipercaya. Metode ini dipelopori oleh Oswald Kulpe,
seorang psikolog Jerman yang masih murid Wilhelm Wundt.
Dengan demikian, dapat dibedakan
antara introspeksi dengan introspeksi eksperimen. Pada introspeksi murni, karena
penyelidik sendiri yang menjadi obyek dan menjadi ukuran segala-galanya, maka
kesimpulan yang diambil pun hanya berdasarkan atas dirinnya sendiri. Sedangkan
pada intospeksi eksperimen, kesimpulan diambil dari sejumlah individu, sehingga
kesimpulan tersebut dapat mengurangi sifat subyektivitas. Misalnya, sejumlah
individu dalam satu kelas dicoba untuk memecahkan satu masalah. Kemudian
masing-masing individu disuruh mengadakan intorspeksi tentang apa yang terjadi
pada dirinya sendiri sewaktu mereka memecahkan masalah tersebut. Dari hasil
introspeksi masing-masing individu itulah kesimpulan didapatkan.
b.
Ekstrospeksi
Dari
segi asal katanya, ekstrospeksi berati melihat ke luar (ekstro:Keluar, Speksi
dari Spektare: melihat). Dan sebagai metode, ekstrospeksi berati mempelajari
dengan jengaja dan teratur gejala-gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil
kesmpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari mimik dan
pantomimik orang lain (F.Patty,
1982:42).
Penggunaan
metode ini juga dimaksudkan untuk mengatasi subyektivitas yang terdapat dalam
metode introspeksi. Pada ekstrospeksi, subyek penyelidikan bukan dirinya
sendiri melainkan orang lain. Namun demikian, sebenarnya ekstrospeksi ini tak
bisa lepas dari introspeksi, sebab mustahil seseorang akan dapat menyatakan,
mengetahui, ataupun menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi pada diri orang
lain kalau dirinya sendiri tidak pernah mmengalaminya. Orang dapat mengatakan
bahwa seseorang dalam keadaan susah, gelisah, gembira, tergesah-gesah, melamun,
dan sebagainya jika dia sendiri pernah mengalami hal-hal yang dialami orang
itu.
Akan
tetapi, suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kesimpulan analogis
dari hasil ekstrospeksi ini adalah bahwa gejala-gejala kejiwaan yang sama
sebelum tentu diakibatkan oleh sebab yang sama. Dua orang yang mengeluarkan air
mata, misalnya, belum tentu disebabkan oleh hal yang sama: yang satu susah dan
yang satu gembira meluap-luap.
Lain
dari itu, satu sebab yang sama belum tentu berakibat sama. Misalnya, ada seseorang
menangis karena dicubit, sementara orang lain dicubit malah tertawa. Inilah dua
akibat yang berlainan disebabkan oleh satu sebab, yang bila observasi gagabah
dalam mengambil kesimpulan bisa menjadi salah. Seorang observer harus
mempelajari latar belakang fenomena itu. Untuk itu, setiap observer dituntut
hati-hati dalam mengambil kesimpulan, karena penggunaan metode ekstrospeksi ini
adalah untuk melengkapi metode introspeksi.
Selain
kelebihan, metode ekstrospeksi ini juga memiliki kelemahan. Namun kelemahan-kelemahan
metode ini dapat diatasi dengan penggunaan metode-metode lain, sehingga
kelemahannya dapat diimbangi oleh keuntungan atau kelebihan metode yang lain.
Di antara kelebihan metode ini adalah sebagai berikut :
1) Lebih
memenuhi syarat ilmiah, karena metode ini lebih bersifat obyektif.
2) Dapat
digunakan dalam menyelidiki anak-anak dan orang-orang yang menyimpang keadaan
jiwanya (abnormal).
Adapun
kelemahan-kelemahan metode ekstrospeksi ini adalah :
1) Metode
ini hanya dapat menyelidiki gejala-gejala jiwa yang tampak saja, padahal
tiap-tiap orang dalam mengeluarkan buah pikiran dan perasaannya tidak sama,
terutama pada orang dewasa, yang dapat mengekspresikan sikap-sikap yang tidak
wajar atau yang bertentangan dengan keadaan/situasi jiwanya.
2) Jika
orang yang diselidiki tahu, terkadang ia memberikan kesan yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada, sehingga apa yang disimpulakan diri dari hasil
ekstrospeksi itu akan berbeda dengan apa yang semestinya.
2)
Metode
pengumpulan bahan
Sebagai metode ilmiah, metode ini
dilakukan dengan mengolah data-data atau bahan-bahan yang diperoleh dari
kumpulan daftar pertanyaan, bahan-bahan riwayat hidup dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan apa yang sedang diselidiki.
Bahan-bahan yang telah diperoleh itu
kemudian diklasifikasikan untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Untuk mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan angket, autobiografi dan
pengumpulan benda-benda hasil kerja.
a.
Metode
angket
Metode angket ialah cara penyelidikan
kejiwaan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan baik lisan maupun tertulis, dan
dari jawaban itu dapat ditarik kesimpulan tentang kesan kejiwaannya.
Ditinjau
dari sudut pelaksanaannya, angket dapat dibagi menjadi dua macam :
1) Angket
langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab langsung oleh orang yang
diselidiki.
2) Angket
tak langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab oleh orang lain.
Kemudian,
bila ditinjau dari segi jenisnya, metode angkaet ini terdiri dari dua jenis :
1) Angket
yang dilaksanakan secara lisan ( sistem wawancara), yaitu disebut interview.
2) Angket
yang dilakuakan secara tertulis, yang disebut questionnaire.
Dan
bila ditinjau dari segi luasnya obyek penyelidikan, maka angket tersebut dapat
diperinci lagi menjadi dua bagian:
1) Angket
umum, yaitu angket yang obyek penyelidikannya mengenai masalah-masalah yang
umum saja, misalnya pertanyaan tentang nama orangtuanya, penghasilan sebulan,
pendidikan terakhir dan sebagainya.
2) Angket
khusus, yaitu jika yang diselidiki terbatas pada masalah-masalah yang khusus
saja, misalnya masalah agama, apakah
sebabnya menganut sebuah agama, mengapa tidak menjadi bagian orang
komunis saja dan sebagainya.
Metode angket ini dapat menghemat
waktu, biaya dan tenaga. Namun demikian, metode inijuga tak luput dari
kelemahan. Kelemahan-kelemahan metode angket ini adalah :
1) Kadang-kadang
orang yang diselidiki itu tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan itu , dan
kalaupun mau sering kali jawabnya tidak jujur.
2) Kadang-kadang
pertanyaan yang dibuat terlalu sukar bagi yang menjawab.
3) Kadang-kadang
sejumlah angket yang disebarkan itu kebmbalinya dalam jumlah yang tidak sesuai
dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan.
Terkait dengan kelemahan-kelemahan
diatas, maka untuk mengurangi kelemahan itu, sebaiknya angket disusun
berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Penetapan
pokok masalah, supaya jawaban yang diperoleh tepat.
2) Pertanyaan-pertanyaan
harus disusun secara baik, jelas, tegas dan terbatas serta mudah dimengerti.
3) Sebarkan
angket seluas-luasnya sehingga diperoleh jawaban yang banyak.
4) Berilah
kesempatan untuk memberi jawaban yang sejelas-jelasnya, jangan diharuskan
secara singkat sehingga tidak jelas (Zuhairini, 1980: 33)
b.
Autobiografi
(riwayat hidup)
Metode ini dipergunakan oleh peneliti
dengan jalan mempelajari riwayat hidup seseorang yang sedang diteliti, baik
yang ditulis sendiri (autobiografi) maupun yang ditulis orang lain (biografi).
Apabila pertanyaan (baca:
keterangan-keterangan) mengenai seseorang berupa keadaan, sikap, atau
sifat-sifat lain telah banyak terkumpul, dan kadangkala tidak sama antara
keterangan yang satu dengan yang lain, maka peneliti dapat menambah sumber
keterangan yang lebih diyakini kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan tentang
keadaan seseorang sebagai person.
Metode ini, di samping mempunyai
keuntungan, juga mempunyai kelemahan. Yaitu bila orang yang membuat biografi
itu sepaham atau sehaluan, maka dalam membuat biografi akan dipengaruhi oleh
sudut pandangnya, lebih-lebih lagi dalam pembuatan autobiografi.
Untuk mengatasinya, dan guna
memperoleh gambaran yang lebih baik, maka dapat ditempuh dengan jalan
menyelidiki biografi dari bermacam-macam penulis. Dengan demikian, peneliti
akan memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan dapat dipercaya, karena
data-data di dapat dari sumber yang banyak.
c.
Pengumpulan
hasil kerja
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan
jalan mengumpulkan gambar-gambar, karangan-karangan, pekerjaan tangan,
permainan-permainan, termasuk buku harian seseorang dan sebagainya.
Dengan mengumpulkan benda-benda hasil
kerja ini, dan mengadakan analisis terhadapnya, maka akan dapat diketahui
perkembangan alam pikiran, perasaan, dan fantasi seseorang sekaligus dari
keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Lebih-lebih bagi anak kecil,
gambaran-gambarannya sering dijadikan indikasi yang jelas bagi penyelidik.
3)
Metode
eksperimen
Metode ini merupakan metode
penyelidikan dengan jalan mengadakan percobaan-percobaan untuk mengetahui
kejiwaan seseorang. Karena renungan-renungan mengenai jiwa disangsikan
kebenarannya, maka untuk menguji kebenarannya itu dilakukan
percobaan-percobaan. Metode ini biasanya dilakukan di dalam labolatorium dengan
mengadakan berbagai eksperimen.
Dalam metode ini yang perlu
diperhatikan adalah hendaknya
orang-orang mengadakan eksperimen harus dapat menguasai situasi. Artinya, pihak
eksperimenter itu harus dapat menimbulkan atau menghilangkan beberapa situasi
sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian, eksperimenter akan dapat mengamati
reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang sedang diperiksa. Dengan kata lain,
situasi eksperimen adalah memeang sengaja dibuat.
Ahli psikologi yang memelopori metode
ini ialah Wilhelm Wundt. Wilhelm Wundt mendirikan labolatorium yang lengkap
dengan alat-alatnya pada tahun 1879 di Universitas Leipzig, Jerman. Namun, meskipun alat-alat yang dipergunakan
lengkap, Wilhelm Wundt masih mendapatkan kesulitan, karena banyak proses
kejiwaan yang tidak dapat diamati dengan indra seperti perasaan, kemauan, jalan
pikiran seseorang dan sebagainya.
Wilhelm Wundt, sebagaimana dikutip
oleh Dakir (1973:27), mengemukakan empat syarat yang harus dipenuhi dalam
mengadakan eksperimen, yaitu:
a. Pemeriksa
harus dapat menetapkan sendiri saat timbulnya keadaan atau kejadian yang hendak
dipelajarinya;
b. Pemeriksa
harus mengikuti jalannya itu seteliti-telitinya dengan memusatkan seluruh
perhatian kepada prosesnya;
c. Tiap-tiap
pemeriksa harus dapat diulangi secukupnya, yaitu dalam keadaan yang sama; dan,
d. Pemeriksa
harus menguasai syarat-syarat tersebut diatas.
Adapun kelemahan-kelemahan metode
eksperimen sebagai metode dalam
psikologi (Dakir 1973: 27) ini adalah sebagai berikut:
a. Eksperimen
biasanya dilaksanakan pada benda mati yang mempunyai hukum-hukum yang tetap,
sedangkan jiwa adalah sesuatu yang hidup.
b. Tidak
semua geljala kejiwaan dapat diselidiki secara eksperimen.
c. Dalam
labolatorium situasinya tidak wajar.
d. Gejala-gejala
kejiwaan sukar diukur secara eksak.
Sementara menurut Hj. Zuhairini
(1980:36), kelebihan-kelebihan metode eksperimen ini sebagai berikut :
a. Dengan
eksperimen ada hal-hal yang dapat diselidiki dengan teliti dan berulang-ulang.
b. Tanpa
menunggu timbulnya suatu peristiwa, orang dapat dengan cepat secara terartur
mengetahui sesuatu peristiwa yang sengaja ditimbulkan.
Sehubungan
dengan adanya beberapa kelemahan tersebut, maka aliran psikologi modern.
Selain
itu, yang termasuk dalam metode eksperimen tersebut adalah metode test. Yang
disebut metode test adalah penyelidikan yang dilakukan dengan jalan mengajukan
pertanyaan atau suruhan yang telah dipilih dengan seksama dan bahkan telah di
standardisasikan.
Karena
itu, untuk bermacam-macam keaktifan jiwa telah dibuatkan alat-alat tertentu
yang telah memiliki standarnya, sehingga dapat diadakan perbandingan anatara
test yang satu dengan test yang lain. Seperti kecerdasan dapat diukur dengan
test intelegensi (IQ) dan fantasi dapat diukur dengan test kemungkinan dan
sebagainya.
Terkait
dengan itu, setelah ditemukannya alat pengukur itu, seseorang dapat mengetahui
kemampuan daya jiwa seseorang. Bahkan, beberapa lembaga pendidikan telah
menggunakan test kejiwaan (psikotest) dalam seleksi penerimaan siswa
disekolah-sekolah.
Test
semacam itu terdiri dari bermacam-macam bentuk sesuai dengan adanya
bermacam-macam daya jiwa yang harus diukur. Misalnya, ada test yang menyelidiki
perhatian, intelegensi, bakat, minat, fantasi, skill, dan sebagainya.
Diindonesia,
test yang sering digunakan adalah scholastic
achievement test, yaitu test yang biasanya digunakan dalam dunia pendidikan
dan pengajaran, yang dibuat oleh guru sendiri. Test buatan guru itu ada yang
berbentuk test subyektif, obyektif, dan ada pula yang menggabungkan kedua
bentuk tersebut.
Diantara
karakteristik test subyektif adalah pertanyaan selalu dimulai dengan kata-kata
jelaskan, mengapa, uraikan, terangkan, apa sebabnya, dan sebagaianya.
Bentuk-bentuk pertanyaan demikian akan memberikan kemungkinan kepada penjawab
untukbercerita dan menjawab menurut sudut pandang dan analisis yang berlainan,
karena itu ia disebut test subyektif.
Sementara
pada test obyektif, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan isi
singkat, bahkan ada yang hanya mencari jawaban betul-salah (true-false test), pilihan ganda (multiple choise test), melengkapi (completion test), dan menjodohkan (matcing test).
Berkenaan
dengan bentuk-bentuk test terebut diatas, maka hendaknya diusahakan validitas
dan reabilitasnya. Suatu test dikatakan valid apabila test itu hanya mengukur
apa yang mesti diukur. Misalnya, test untuk mata pelajaran sejarah harus
benar-benar hanya mengukur kepandaian anak dalam pelajaran sejarah, bukan
memperhitungkan kepandaiannya dalam karang-mengarang, membaca, dan sebagainya.
Dan
sebuah test dikatakan reliable apabila test itu mempunyai ketepatan dan
konsisten (dapat dipercaya kebenarannya). Misalnya jika suatu test dicobakan
kepada sekelompok kelas yang sama, dan dilain waktu hasilnya juga sama atau
hampir sama, maka test tersebut dapat disebut memiliki reabilitas tinggi.
Baik
test subyektif maupunn test obyektif mempunyai segi kelemahan dan kebaikan
masing-masing. Untuk menutupi kelemahan masing-masing, keduanya sering
dipadukan dan digunakan dalam bentuk gabungan.
4)
Metode
studi kasus
Studi
kasus merupakan kajian atau penelitian mendalam tentang subjek. Studi kasus
juga bermakna analisis mendalam tentang seseorang, kelompok, atau fenomena.
Berbagai teknik yang digunakan dalam kerangka studi kasus antara lain adalah
wawancara pribadi, tes psikometri, pengamatan langsung, dan catatan arsip.
Studi kasus yang paling sering digunakan dalam psikologi klinis penelitian yang
menggambarkan peristiwa langaka dan kondisi mengenai subyek. Studi kasus
semacam ini khusus digunakan dalam psikologi.
5)
Metode
klinis
Metode
yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang yang menyimpang keadaan jiwanya
(abnormal) ini disebut metode klinis karena mula-mulanya timbulnya dilapangan
klinis, dan metode ini kebanyakan digunakan oleh para psikiater. Selain itu
metode klinis juga di gunakan untuk mengumpulkan informasi rinci tentang
masalah perilaku kasus tidak dapat menyesuaikan diri atau menyimpang, untuk
selanjutnya mereka disarankan untuk melakukan rehabilitasi di lingkungan
mereka.
6)
Metode
diferensial
Metode
ini digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat
diantara anak didik, dengan menggunakan beberapa teknik diantaranya menggunakan
teknik pengukuran dan dan statistik untuk menganalisis data.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode
psikologi pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meneliti suatu
masalah dengan melakukan penelitian sehingga masalah dapat diselesaikan dengan
cara yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pendidikan. Guru atau
pengajar harus mengetahui psikologi pendidikan dan menggunakan metode- metode
penelitian dalam menyelesaikan masalah belajar anak didiknya. Apabila seorang
guru hanya mengandalkan kepandaiannya saja dalam mengajar maka masalah dalam
belajar peserta didik tidak akan terpecahkan dan malah menambah masalah yang
lain. Jadi setiap guru harus memiliki banyak kepandaian baik dari segi
kecerdasan otak, kepribadian, cara mengajar, dan kreatifitas dalam mengajar.
Dalam psikologi pendidikan
metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi
penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan
pengajaran. Perlu dijelaskan disini bahwa setiap situasi dalam psikologi
pendidikan membutuhkan pendekatan dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan
hakikat dari pada situasi itu. Situasi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang
berbeda pula. Maka dari itu para ahli psikologi pendidikan dalam menjalankan
tugasnya tidak selalu mempergunakan satu macam metode, tetapi mempergunakan dua
macam metode atau lebih.